Kamis, 01 Maret 2012

cerpen iseng : jungle in memory (kisah nyata)


Jungle in Memory
Aha,,, Pagi yang cerah ku buka mata dengan hati riang. Pukul sembilan teng ada janji yang harus ditepati, so, jalani aktifitas pagi dengan semangat yang luarbiasa biar janji terlaksana tepat pada waktunya dan hari-hari terakhirku pun akan usai dengan penutup yang menggembirakan, yap, aku berharap begitu.
"Kak, sarapan sudah beres, anak-anak sudah sarapan, yu go picnic lagi ya kak?", dari seberang telefon terdengar jawaban, "Pergilah, hati-hati".
Yihaaa,,,,
Sebenarnya berat juga meninggalkan ponakanku tiga bersaudara tinggal dirumah, si sulung memang sudah berumur sepuluh tahun, tapi nakalnya masih seperti anak-anak 6 tahun seusia adiknya, yang bungsu juga ikut-ikutan bandel. Jika bukan karena ada janji ku nggak bakalan tega ninggalin bocah2 dirumah, ortunya pade sibuk kerja mulu sehingga susah nyari waktu ku untuk pergi main.
Misi selundupanku berhasil, keluar rumah dengan diam-diam tanpa mereka tau kalau aku pergi. Kalau saja mereka tau, maka gagallah janjiku.
Udah lewat dari jam yang sudah direncanakan, telat nggak ya. Musti buru-buru nih ngejar waktu.
 "Hei, Inof.. udah lama nunggu? yang lain mana?"
"Ada, kamu udah ditunggu dirumah", "Nof mo kemana? nggak jadi pergi?"
"Jadi dunk, beli rokok stang, hee", "Ni orang nggak lupa-lupanya ya sama rokok, ckckck..."
Pas masuk ke rumah si Cineld, ee ternyata mereka pade baru beres-beres, cape dee,,, beginilah jam indonesia, ngaret. Baru sadar aku. Kirain udah ketinggalan kereta, ternyata aku juga yang nunggu mereka.
Cineld, Aku, Deizal, dan Inof sudah rapih n perfect menurut kepercayaan masing-masing. Tapi ada sepasang anggota lagi yang belum ngumpul, Alem sama Chila. Jam ku sudah ngomel, telat sejam dari janji. Tapi kalau jam Indonesia setempat ngaret kekeh bilang masih pukul sembilan kurang beberapa menit.
10.30 Wib Chila datang, pontang panting lari ngebut ngejar waktu, dan ngasih sekantong alasan, "Ngurusin ponakan dulu tadi", eleuh-eleuh, baru satu ponakan udah sejam lebih telatnya, aku tiga, TIGA ORANG masih bisalah cepat dan berusaha tepatin janji. Tapi biarlah maklum.com kali ini. "Si Alem nggak bisa pergi ma kita, jaga toko, hari ini karyawannya nggak masuk".  ucap Inof kesal. "Ya sudahlah, gimana lagi" Cineld berusaha menenangkan.
"Lets go", Deizal pimpinan rombongan kami. Dia tertua diantara kami, sepupuku. Lalu Inof nomor dua tertua, saudara jauuh sekali, mantan teman waktu sekolah dasar dulu, terus Chila yang tertua diantara kami yang cewek, lalu Aku, dan Cineld sibungsu, sepupuku juga, adek kandungnya Deizal.
Dan inilah awal dari petualangan kami, kamilah para jomblowan dan jomblowati terlepas dari kandang pekerjaan dan melalang buana nikmati liburan akhir tahun. Kapanlagi.com nggak ada waktu lain yang bisa go hepfun gini, waktu ngumpul pun mana ada yang bisa kecuali kesempatan ini.
Kami berlima adalah makhluk yang termalang sedunia (lebay.com) penderitaan kami bukan hanya jomblowan dan jomblowati saja, tapi juga sekalian penderita penyakit kanker alias kantong kering. Pergi main ke jungle, sebuah tempat wisata wahana air di kota Bogor, kami naik angkot ceteran, ih malu-maluin bo. Tapi  bagiku ini sungguh kekompakan yang luarbiasa, anggota keluarga yang masih terjaga rasa kebersamaan dan kasih sayang yang erat.
Deizal saja berkorban demi kami, rela menemani kami pergi liburan meskipun demam sedang menyergapinya. Inof pun juga demikian, mereka dua sejoli yang malang waktu itu, tertimpa DBP Demam Batuk pilek.
Akhirnya nyampe juga. Kamera sudah standby, Cuma baterai yang belum ada, beli dulu. Semua ingin berenang, dan kameramen?? terpaksa lah gantian berenang, satu orang megang kamera, bergiliran. "Naik pelosotan yuck." Teriak si bungsu. "Mesti pakai benen tuh", "Inof betul, kita mesti nyewa benen, tapi sayang banget duit di bagasi bo, ada yang bawa duit??" Aku udah yakin nggak ada yang bawa duit, pasti disimpan ke dalam bagasi penitipan barang locker, terpaksa deh beli koin lagi untuk locker, satu koin hanya cukup untuk sekali buka.
Yuhuuu, meskipun rame, kami senang bisa ketawa bersama, kompak boanget, satu lagi ni yang bikin kami kesal, setelah pelampung dapat, duit ada dikantongin, udah pada siap-siap mau nyeburr, ee ternyata kamera yang bela-belain beli baterai tadi ternyata tertinggal di dalam tas ku, tas itu di dalam bagasi penitipan barang. Yaaaa terpaksa balik lagi ke belakang, beli koin lagi, ngabisin duit emang, dah tau duit kita pas-pasan, terbuang percuma deh hanya untuk beli koin pembuka locker.
Naik pelosotan, cihuyyy,,, enak tenaaaangng....
Klick,,,click,,,clik,,,, cissss,,,, berfoto ria, photo model ala jungle waterboom, bikini Islami, nutup aurat, hihi. Kalau saja miss Indonesia berbikini Islami kayak gini, jelas aku masuk kategori neh.
Suasana waterboom rame sekali, maklum waktunya tepat pada akhir penghujung liburan lebaran. Terpaksa mau menikmati segala buana dengan antrian yang panjuaaaanggg sepanjang ekor beruk, heeehe.. buntu ular juga bisa tuh untuk jadi kiasannya, ular eragon, yang raksasa ntu loh.
Geli banget pas nyoba naik pelosotan yang terpanjang itu, ada lorongnya yang setengah lingkaran, ada juga yang lorong gelap kayak paralon, gelaap pekat di dalamnya, teriak abiss, memang nggak terasa apa-apa ketika  merossot selain rasa geli memutar-mutar di perut, tapi memang luarbiasa asyik banget, bikin ketagihan, sayangnya rame, ngantri dulu berjam-jam nunggu giliran. Karena seru itulah kami ketagihan malah minta nambah naik dua kali, meskipun harus ngantri dulu sekian menit pula lamanya.
Dan kemana pergi tak lupa click,click,, senyam senyum manizzzz cisss, foto dulu.
Sudah capek menikmati jungle waterboom, dari pelosotan dewasa hingga balita pun kami coba.  Berjam-jam hingga pukul 3 sore, hujan lebat turun, berenang sekaligus mandi hujan. Nggak kota Bogor namanya kalau nggak ada hujan, padahal sebelumnya cuaca panas loh, terik mentari tu bersinar memancari bumi. Karena sudah begitu kedinginan kami berhenti dan mesan kopi sebagai penghangat tubuh yang menggigil pasi, kasihan banget. Malangnya lagi kami berlima minum kopi dua gelas. Kami nikmati bersama, mana gelasnya kecil, harganya mahal. uchh,, kesempatan bagi pedagang itu untuk jadi kaya raya, memeras uang rakyat, karena mereka disaat ini sangat kami butuhkan, gimana lagi. Kami tak bisa mesan makanan yang banyak, aku yang memegang duit, kehilangan. Kayaknya si duit ikut berenang tadi. Malang tak bisa ditolak mujur tak bisa diraih. nasib ya nasib.
"Relakan sajalah yu, niatkan saja untuk sedekah", inof mencoba menghibur. "Ikhlaskan sajalah yu", Deizal juga yang lainnya menenangkanku biar bersabar.
Singkat cerita, kejadian malang itu luput sudah, ganti pakaian, dandan cantik n ganteng lagi, perfect lagi menurut keyakinan masing-masing. Inof meskipun nggak bawa pakaian ganti, tetap cool juga meski hanya makai jaket tanpa baju didalamnya. Kami menuju mushalla, tunaikan kewajiban kepada Ilahi. Itulah kami, disaat senang tidak lupa pada Allah, keadaan apapun tetap ingat pada Allah, itulah prinsip kami.
Terakhir, sebelum menuju pintu exit, ada satu lokasi lagi yang belum kami tempuh, hantu jungle bet you'll scream!! pake bayar masuknya, 20ribu/orang. Buat kami mikir 7 kali dulu, periksa persediaan masing-masing. Akhirnya bermodalkan penasaran pada hantu, masuk juga kami ke dalam kandang hantu jungle itu. taukah kamu apa yang kami alami di dalam sana???
Biasa aja kok nggak ada yang seram tuh, kami aja yang takut duluan, jangankan kami yang cewek, Deizal dan Inof saja yang jantan juga udah ciut nyalinya jalan pelan pelan dengan penuh waspada menghadapi apa yang akan terjadi. Langkah demi langkah kami terus maju menelusuri lorong itu. Katanya seram tapi nggak ada apa-apa, kecuali gelap aja dan ada cahaya temaram disudut-sudut loteng lorong.
Pintu pertama, doooaaarrrrggghhhh......!!!!!!!
Aaaaaaaaarrrgggggggghhhhhhh......
Mati kami, luarbiasa kaget. Apes plus hampir mampus jantung kami. Nafas hampir copot. berusaha keras untuk ngambil nafas semula. haaahhhh,,,haaaahhhhh,,,,, mamiiiiii.....
Seorang pocong ikat tiga menyambut kami di depan pintu, dan dia bergerak, membuat teriakan kami makin menjadi-jadi. Aku nggak kuat perasaanku bercampur takut dan lucu, antara teriakan dengan ketawa. Melihat Chila saling berpelukan dengan Deizal, Cineld berpangkulan dengan Inof, mereka beraksi setiap ada kejutan-kejutan yang datang, kaget setengah mati tanpa sadar membuat mereka saling berpelukan, semenatra aku??? mau meluk siiapa bu?! meluk hantu itu??! oh tidakkk.. Terpaksalah ku ngekor di buntutnya Chila yang sedang asik pula bergandengan dengan Deizal. Semua tak terlintas dalam pikiran selain ingin kabur dari lorong ini, mau mundur takut ntar ketemu lagi dengan pocong, mau maju pasti ada kejutan-kejutan yang lebih dahsyat lagi, mau diam ditempat mana tahan, mo ngapain ditempat gelap gitu, sepi nggak ada manusia, yang ada cuma hantu.
Pas belokan selanjutnya terdengar lagi suara yang mengejutkan dengan volume tinggi, hantu dengan segala jenisnya, ada  pembunuh scream, kuntilanak, sunder olong, ada yang lagi gendong anak, ada yang gantungan di pohon, tuyul dan antek-anteknya, dan para bangsanya yang lain. Seram dan meskipun palsu tapi bikin kami kaget terkencing-kencing. Dari sekian banyak jenis hantunya, hanya satu yang sungguhan manusia, ditengah penelusuran muncul pocong yang mendekati kami dan seolah-olah ingin menyalami kami karena telah bersedia bersilaturrahmi ke kandangnya yang amat berbahagia ini, bikin orang jantungan. Kalau hantu yang lain memang kuakui juga seram mantap, tapi hanya patung yang digerakkan, tapi yang manusia ini yang sangat bikin teriakanku makin tinggi.
Sesampai di luar, ketawalah kami, menyadari betapa penakutnya kami dikerjain seperti ini, kehabisan napas, kehausan, sakit tenggorokan, dan untungnya stres hilang dari kepala dan pundak pikiran. Enak tenang. nggak sia-sia nyumbang 20ribu tadi.
"Huaahaa, rupanya sebentar, kok di dalam terasa lama banget ya nyampe di luar." Ternyata nyampe diluar terasa singkat banget petualangan kita." Aku nyambung perkataan Chila.
Cineld mati ketakutan tadi, haahaahaa", " Da Nof iya pula tuch!!" Cineld nggak mau kalah. "Ambo marasai dicubit keras sama kamu Chila", Deizal kesakitan mengusap lengannya sementara Chila dan yang lain ketawa. Senangnya.
Photo lagi mister,,, click,,clack,,,cissssss....
Berakhir sudah petualangan hari ini di jungle, kita lima bersaudara kembali ke peraduan, seiring dengan berjalannya mentari menuju barat yang juga sudah lelah menemani kami sehari ini.
Tunggu dulu kawan, cerita ini masih bersambung ke episode selanjutnya. Malam itu kami berlima nginap bersama di rumah Cineld yang kebetulan rumahnya pada hari itu kosong. Kakaknya pergi liburan ke Bandung. Kami sepakat menemani dia malam ini. Nasib kami masih berlanjut, malang yang tak dapat dihindari. Kami berlima bagai hidup sebatang kara tak berorang tua, persediaan beras malam itu sisa sedikit, mie rebus sama telur kami sulap jadi martabak mie, Aku yang bertugas mamasak nasi, dengan waktu yang lama, hampir mati juga menunggunya masak, aneh juga loh, nasi yang hanya segenggam tangan orang dewasa itu masaknya butuh waktu sejam pula hinga dia masak, emang ngerjain kita nih beras, sudah tau kita kelaparan. Eh dia malah berleha-leha nggak kunjung masak.
Sementara menunggu nasi masak, kami berusaha mengalihkan rasa lapar ini dengan ketawa-ketiwi bikin aksi gila di depan kamera, dengan berbagai macam gaya GILA kami tonjolkan di depan kamera. Mulut kami tak henti-hentinya ketawa, emang gila tingkat tinggi nih, stadium lima setengah,, overdosis, mungkin Rasul akan sangat tidak senang dengan ketawa kami yang berlebihan begini, aku yakin Beliau pun akan memaklumi kami, rasa capek bercampur lapar, tambah lagi si Inof sama Deizal penyakitnya kambuh dan makin parah, apalagi mandi hujan-hujanan tadi, parah tuh penyakit mereka, rokok pun tak henti-hentinya diisap. Batuk menjadi-jadi, flu mengalir deras, pusing di kepala menyerang tanpa ampun. Dan kami tetap bersyukur, dengan keadaan yang super malang ini kami masih sanggup ketawa bahagia. Karena apa? karena ikatan persaudaraan kami yang kuat, kompak dan bersatu, saling menyayangi satu sama lain, so sweett.... suit,,suitttt..
Cacing di perut tak tahan lagi lama nuggu makanan tak kunjung datang. Berontak sejadi-jadinya sehingga acara gila ketawa terhenti sejenak, Deizal yang sampai berdandan seperti cewek, emak-emak, kami yang berambut panjang Aku, Chila, Cineld, dan Alem berdandan ala anak kampoeng katro, culun dan lucu amit amit. Karena cacing yang sudah frustasi dari tadi hanya mendengar kegilaan kami, kini giliran dia yang beraksi. Berontak sejadi-jadinya dalam lambung, bahkan usus pun ikut-ikutan.
Akhirnya ketika jarum jam dinding berada tepat di hadapan angka sepuluh, malam loh, nasi masak juga. Dengan berat hati dan menyesal Aku meminta maaf kepada saudara-saudara sekalian beserta tuan-tuan cacing yang terhormat. Nasi yang ku masak gagal 10000persen, nasinya tewas, beras dimasak berubah menjadi bubur, malang yang tak bisa kami elakkan datang lagi, selalu saja penderitaan berpihak kepada kami.
Semua kepala tertunduk lesu, lemas, letoi, lunglai, lebay.. “Duit masih ada bersisa, kita beli nasi warteg sajalah lagi", Deizal mengambil inisiatif. "Mana ada lagi warteg yang buka jam segini" Alem menanggapi, dia baru tiba, ikutan nimbrung setelah pulang dari kerja. " Ya sudah kita coba dulu cari makanan di luar, apa yang ada saja yang penting bisa untuk ngisi perut."Inof ngungkapin idenya.
"Maaf semuanya, gara-gara Aku..."Nasi sudah jadi bubur, jangan sedih gitu", Chila dan yang lain menghiburku.
Pukul 11 dinihari, datang juga para lelaki itu dengan membawa sate padang dua bungkus. kami makan rebutan berenam, enak juga, lumayan untuk menghidupi cacing dalam perut, meskipun nggak kenyang-kenyang amat yang penting serunya dapat, hati ini jadi kenyang sekenyang-kenyangnya. bahagia buanget, penghujung liburan yang sangat mengasyikkan. Sehari ini begitu banyak cerita diantara kami, suka duka bersama erat dalam ikatan persaudaraan, bersatu kita teguh bercerai kawin lagi kalau masih laku sih.

1 komentar: