Jungle in Memory
Aha,,, Pagi
yang cerah ku buka mata dengan hati riang. Pukul sembilan teng ada janji yang
harus ditepati, so, jalani aktifitas pagi dengan semangat yang luarbiasa biar
janji terlaksana tepat pada waktunya dan hari-hari terakhirku pun akan usai
dengan penutup yang menggembirakan, yap, aku berharap begitu.
"Kak,
sarapan sudah beres, anak-anak sudah sarapan, yu go picnic lagi ya kak?",
dari seberang telefon terdengar jawaban, "Pergilah, hati-hati".
Yihaaa,,,,
Sebenarnya
berat juga meninggalkan ponakanku tiga bersaudara tinggal dirumah, si sulung
memang sudah berumur sepuluh tahun, tapi nakalnya masih seperti anak-anak 6
tahun seusia adiknya, yang bungsu juga ikut-ikutan bandel. Jika bukan karena
ada janji ku nggak bakalan tega ninggalin bocah2 dirumah, ortunya pade sibuk
kerja mulu sehingga susah nyari waktu ku untuk pergi main.
Misi
selundupanku berhasil, keluar rumah dengan diam-diam tanpa mereka tau kalau aku
pergi. Kalau saja mereka tau, maka gagallah janjiku.
"Hei, Inof.. udah lama nunggu? yang lain
mana?"
"Ada,
kamu udah ditunggu dirumah", "Nof mo kemana? nggak jadi pergi?"
"Jadi
dunk, beli rokok stang, hee", "Ni orang nggak lupa-lupanya ya sama
rokok, ckckck..."
Pas masuk
ke rumah si Cineld, ee ternyata mereka pade baru beres-beres, cape dee,,,
beginilah jam indonesia, ngaret. Baru sadar aku. Kirain udah ketinggalan kereta,
ternyata aku juga yang nunggu mereka.
Cineld,
Aku, Deizal, dan Inof sudah rapih n perfect menurut kepercayaan masing-masing.
Tapi ada sepasang anggota lagi yang belum ngumpul, Alem sama Chila. Jam ku
sudah ngomel, telat sejam dari janji. Tapi kalau jam Indonesia setempat ngaret
kekeh bilang masih pukul sembilan kurang beberapa menit.
10.30 Wib Chila
datang, pontang panting lari ngebut ngejar waktu, dan ngasih sekantong alasan,
"Ngurusin ponakan dulu tadi", eleuh-eleuh, baru satu ponakan udah
sejam lebih telatnya, aku tiga, TIGA ORANG masih bisalah cepat dan berusaha
tepatin janji. Tapi biarlah maklum.com kali ini. "Si Alem nggak bisa pergi
ma kita, jaga toko, hari ini karyawannya nggak masuk". ucap Inof kesal. "Ya sudahlah, gimana
lagi" Cineld berusaha menenangkan.
"Lets
go", Deizal pimpinan rombongan kami. Dia tertua diantara kami, sepupuku.
Lalu Inof nomor dua tertua, saudara jauuh sekali, mantan teman waktu sekolah
dasar dulu, terus Chila yang tertua diantara kami yang cewek, lalu Aku, dan Cineld
sibungsu, sepupuku juga, adek kandungnya Deizal.
Dan inilah
awal dari petualangan kami, kamilah para jomblowan dan jomblowati terlepas dari
kandang pekerjaan dan melalang buana nikmati liburan akhir tahun. Kapanlagi.com
nggak ada waktu lain yang bisa go hepfun gini, waktu ngumpul pun mana ada yang
bisa kecuali kesempatan ini.
Kami
berlima adalah makhluk yang termalang sedunia (lebay.com) penderitaan kami
bukan hanya jomblowan dan jomblowati saja, tapi juga sekalian penderita penyakit
kanker alias kantong kering. Pergi main ke jungle, sebuah tempat wisata wahana
air di kota Bogor, kami naik angkot ceteran, ih malu-maluin bo. Tapi bagiku ini sungguh kekompakan yang luarbiasa,
anggota keluarga yang masih terjaga rasa kebersamaan dan kasih sayang yang
erat.
Deizal saja
berkorban demi kami, rela menemani kami pergi liburan meskipun demam sedang
menyergapinya. Inof pun juga demikian, mereka dua sejoli yang malang waktu itu,
tertimpa DBP Demam Batuk pilek.
Akhirnya
nyampe juga. Kamera sudah standby, Cuma baterai yang belum ada, beli dulu. Semua
ingin berenang, dan kameramen?? terpaksa lah gantian berenang, satu orang
megang kamera, bergiliran. "Naik pelosotan yuck." Teriak si bungsu.
"Mesti pakai benen tuh", "Inof betul, kita mesti nyewa benen,
tapi sayang banget duit di bagasi bo, ada yang bawa duit??" Aku udah yakin
nggak ada yang bawa duit, pasti disimpan ke dalam bagasi penitipan barang
locker, terpaksa deh beli koin lagi untuk locker, satu koin hanya cukup untuk
sekali buka.
Yuhuuu,
meskipun rame, kami senang bisa ketawa bersama, kompak boanget, satu lagi ni
yang bikin kami kesal, setelah pelampung dapat, duit ada dikantongin, udah pada
siap-siap mau nyeburr, ee ternyata kamera yang bela-belain beli baterai tadi
ternyata tertinggal di dalam tas ku, tas itu di dalam bagasi penitipan barang.
Yaaaa terpaksa balik lagi ke belakang, beli koin lagi, ngabisin duit emang, dah
tau duit kita pas-pasan, terbuang percuma deh hanya untuk beli koin pembuka
locker.
Naik
pelosotan, cihuyyy,,, enak tenaaaangng....
Klick,,,click,,,clik,,,,
cissss,,,, berfoto ria, photo model ala jungle waterboom, bikini Islami, nutup
aurat, hihi. Kalau saja miss Indonesia berbikini Islami kayak gini, jelas aku
masuk kategori neh.
Suasana
waterboom rame sekali, maklum waktunya tepat pada akhir penghujung liburan
lebaran. Terpaksa mau menikmati segala buana dengan antrian yang panjuaaaanggg
sepanjang ekor beruk, heeehe.. buntu ular juga bisa tuh untuk jadi kiasannya,
ular eragon, yang raksasa ntu loh.
Geli banget
pas nyoba naik pelosotan yang terpanjang itu, ada lorongnya yang setengah
lingkaran, ada juga yang lorong gelap kayak paralon, gelaap pekat di dalamnya,
teriak abiss, memang nggak terasa apa-apa ketika merossot selain rasa geli memutar-mutar di
perut, tapi memang luarbiasa asyik banget, bikin ketagihan, sayangnya rame,
ngantri dulu berjam-jam nunggu giliran. Karena seru itulah kami ketagihan malah
minta nambah naik dua kali, meskipun harus ngantri dulu sekian menit pula
lamanya.
Dan kemana
pergi tak lupa click,click,, senyam senyum manizzzz cisss, foto dulu.
Sudah capek
menikmati jungle waterboom, dari pelosotan dewasa hingga balita pun kami
coba. Berjam-jam hingga pukul 3 sore,
hujan lebat turun, berenang sekaligus mandi hujan. Nggak kota Bogor namanya
kalau nggak ada hujan, padahal sebelumnya cuaca panas loh, terik mentari tu
bersinar memancari bumi. Karena sudah begitu kedinginan kami berhenti dan mesan
kopi sebagai penghangat tubuh yang menggigil pasi, kasihan banget. Malangnya
lagi kami berlima minum kopi dua gelas. Kami nikmati bersama, mana gelasnya
kecil, harganya mahal. uchh,, kesempatan bagi pedagang itu untuk jadi kaya
raya, memeras uang rakyat, karena mereka disaat ini sangat kami butuhkan,
gimana lagi. Kami tak bisa mesan makanan yang banyak, aku yang memegang duit,
kehilangan. Kayaknya si duit ikut berenang tadi. Malang tak bisa ditolak mujur
tak bisa diraih. nasib ya nasib.
"Relakan
sajalah yu, niatkan saja untuk sedekah", inof mencoba menghibur. "Ikhlaskan
sajalah yu", Deizal juga yang lainnya menenangkanku biar bersabar.
Singkat
cerita, kejadian malang itu luput sudah, ganti pakaian, dandan cantik n ganteng
lagi, perfect lagi menurut keyakinan masing-masing. Inof meskipun nggak bawa
pakaian ganti, tetap cool juga meski hanya makai jaket tanpa baju didalamnya. Kami
menuju mushalla, tunaikan kewajiban kepada Ilahi. Itulah kami, disaat senang
tidak lupa pada Allah, keadaan apapun tetap ingat pada Allah, itulah prinsip
kami.
Terakhir,
sebelum menuju pintu exit, ada satu lokasi lagi yang belum kami tempuh, hantu jungle
bet you'll scream!! pake bayar masuknya, 20ribu/orang. Buat kami mikir 7 kali
dulu, periksa persediaan masing-masing. Akhirnya bermodalkan penasaran pada
hantu, masuk juga kami ke dalam kandang hantu jungle itu. taukah kamu apa yang
kami alami di dalam sana???
Biasa aja
kok nggak ada yang seram tuh, kami aja yang takut duluan, jangankan kami yang
cewek, Deizal dan Inof saja yang jantan juga udah ciut nyalinya jalan pelan
pelan dengan penuh waspada menghadapi apa yang akan terjadi. Langkah demi
langkah kami terus maju menelusuri lorong itu. Katanya seram tapi nggak ada
apa-apa, kecuali gelap aja dan ada cahaya temaram disudut-sudut loteng lorong.
Pintu
pertama, doooaaarrrrggghhhh......!!!!!!!
Aaaaaaaaarrrgggggggghhhhhhh......
Mati kami,
luarbiasa kaget. Apes plus hampir mampus jantung kami. Nafas hampir copot.
berusaha keras untuk ngambil nafas semula. haaahhhh,,,haaaahhhhh,,,,,
mamiiiiii.....
Seorang pocong
ikat tiga menyambut kami di depan pintu, dan dia bergerak, membuat teriakan
kami makin menjadi-jadi. Aku nggak kuat perasaanku bercampur takut dan lucu, antara
teriakan dengan ketawa. Melihat Chila saling berpelukan dengan Deizal, Cineld
berpangkulan dengan Inof, mereka beraksi setiap ada kejutan-kejutan yang
datang, kaget setengah mati tanpa sadar membuat mereka saling berpelukan,
semenatra aku??? mau meluk siiapa bu?! meluk hantu itu??! oh tidakkk.. Terpaksalah
ku ngekor di buntutnya Chila yang sedang asik pula bergandengan dengan Deizal.
Semua tak terlintas dalam pikiran selain ingin kabur dari lorong ini, mau
mundur takut ntar ketemu lagi dengan pocong, mau maju pasti ada kejutan-kejutan
yang lebih dahsyat lagi, mau diam ditempat mana tahan, mo ngapain ditempat
gelap gitu, sepi nggak ada manusia, yang ada cuma hantu.
Pas belokan
selanjutnya terdengar lagi suara yang mengejutkan dengan volume tinggi, hantu
dengan segala jenisnya, ada pembunuh
scream, kuntilanak, sunder olong, ada yang lagi gendong anak, ada yang
gantungan di pohon, tuyul dan antek-anteknya, dan para bangsanya yang lain. Seram
dan meskipun palsu tapi bikin kami kaget terkencing-kencing. Dari sekian banyak
jenis hantunya, hanya satu yang sungguhan manusia, ditengah penelusuran muncul
pocong yang mendekati kami dan seolah-olah ingin menyalami kami karena telah
bersedia bersilaturrahmi ke kandangnya yang amat berbahagia ini, bikin orang
jantungan. Kalau hantu yang lain memang kuakui juga seram mantap, tapi hanya
patung yang digerakkan, tapi yang manusia ini yang sangat bikin teriakanku
makin tinggi.
Sesampai di
luar, ketawalah kami, menyadari betapa penakutnya kami dikerjain seperti ini,
kehabisan napas, kehausan, sakit tenggorokan, dan untungnya stres hilang dari
kepala dan pundak pikiran. Enak tenang. nggak sia-sia nyumbang 20ribu tadi.
"Huaahaa,
rupanya sebentar, kok di dalam terasa lama banget ya nyampe di luar." Ternyata
nyampe diluar terasa singkat banget petualangan kita." Aku nyambung
perkataan Chila.
Cineld mati
ketakutan tadi, haahaahaa", " Da Nof iya pula tuch!!" Cineld
nggak mau kalah. "Ambo marasai dicubit keras sama kamu Chila", Deizal
kesakitan mengusap lengannya sementara Chila dan yang lain ketawa. Senangnya.
Photo lagi
mister,,, click,,clack,,,cissssss....
Berakhir
sudah petualangan hari ini di jungle, kita lima bersaudara kembali ke peraduan,
seiring dengan berjalannya mentari menuju barat yang juga sudah lelah menemani kami
sehari ini.
Tunggu dulu
kawan, cerita ini masih bersambung ke episode selanjutnya. Malam itu kami berlima
nginap bersama di rumah Cineld yang kebetulan rumahnya pada hari itu kosong.
Kakaknya pergi liburan ke Bandung. Kami sepakat menemani dia malam ini. Nasib
kami masih berlanjut, malang yang tak dapat dihindari. Kami berlima bagai hidup
sebatang kara tak berorang tua, persediaan beras malam itu sisa sedikit, mie
rebus sama telur kami sulap jadi martabak mie, Aku yang bertugas mamasak nasi,
dengan waktu yang lama, hampir mati juga menunggunya masak, aneh juga loh, nasi
yang hanya segenggam tangan orang dewasa itu masaknya butuh waktu sejam pula
hinga dia masak, emang ngerjain kita nih beras, sudah tau kita kelaparan. Eh
dia malah berleha-leha nggak kunjung masak.
Sementara
menunggu nasi masak, kami berusaha mengalihkan rasa lapar ini dengan
ketawa-ketiwi bikin aksi gila di depan kamera, dengan berbagai macam gaya GILA
kami tonjolkan di depan kamera. Mulut kami tak henti-hentinya ketawa, emang
gila tingkat tinggi nih, stadium lima setengah,, overdosis, mungkin Rasul akan
sangat tidak senang dengan ketawa kami yang berlebihan begini, aku yakin Beliau
pun akan memaklumi kami, rasa capek bercampur lapar, tambah lagi si Inof sama Deizal
penyakitnya kambuh dan makin parah, apalagi mandi hujan-hujanan tadi, parah tuh
penyakit mereka, rokok pun tak henti-hentinya diisap. Batuk menjadi-jadi, flu
mengalir deras, pusing di kepala menyerang tanpa ampun. Dan kami tetap
bersyukur, dengan keadaan yang super malang ini kami masih sanggup ketawa
bahagia. Karena apa? karena ikatan persaudaraan kami yang kuat, kompak dan
bersatu, saling menyayangi satu sama lain, so sweett.... suit,,suitttt..
Cacing di
perut tak tahan lagi lama nuggu makanan tak kunjung datang. Berontak
sejadi-jadinya sehingga acara gila ketawa terhenti sejenak, Deizal yang sampai
berdandan seperti cewek, emak-emak, kami yang berambut panjang Aku, Chila, Cineld,
dan Alem berdandan ala anak kampoeng katro, culun dan lucu amit amit. Karena
cacing yang sudah frustasi dari tadi hanya mendengar kegilaan kami, kini
giliran dia yang beraksi. Berontak sejadi-jadinya dalam lambung, bahkan usus
pun ikut-ikutan.
Akhirnya
ketika jarum jam dinding berada tepat di hadapan angka sepuluh, malam loh, nasi
masak juga. Dengan berat hati dan menyesal Aku meminta maaf kepada
saudara-saudara sekalian beserta tuan-tuan cacing yang terhormat. Nasi yang ku
masak gagal 10000persen, nasinya tewas, beras dimasak berubah menjadi bubur,
malang yang tak bisa kami elakkan datang lagi, selalu saja penderitaan berpihak
kepada kami.
Semua
kepala tertunduk lesu, lemas, letoi, lunglai, lebay.. “Duit masih ada bersisa,
kita beli nasi warteg sajalah lagi", Deizal mengambil inisiatif. "Mana
ada lagi warteg yang buka jam segini" Alem menanggapi, dia baru tiba,
ikutan nimbrung setelah pulang dari kerja. " Ya sudah kita coba dulu cari
makanan di luar, apa yang ada saja yang penting bisa untuk ngisi perut."Inof
ngungkapin idenya.
"Maaf semuanya,
gara-gara Aku..."Nasi sudah jadi bubur, jangan sedih gitu", Chila dan
yang lain menghiburku.
Pukul 11
dinihari, datang juga para lelaki itu dengan membawa sate padang dua bungkus.
kami makan rebutan berenam, enak juga, lumayan untuk menghidupi cacing dalam
perut, meskipun nggak kenyang-kenyang amat yang penting serunya dapat, hati ini
jadi kenyang sekenyang-kenyangnya. bahagia buanget, penghujung liburan yang
sangat mengasyikkan. Sehari ini begitu banyak cerita diantara kami, suka duka
bersama erat dalam ikatan persaudaraan, bersatu kita teguh bercerai kawin lagi
kalau masih laku sih.
mantap,,mantap,, pakai p loch,,
BalasHapus