Tampilkan postingan dengan label CerpenQ. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CerpenQ. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Maret 2012

cerpen iseng : jungle in memory (kisah nyata)


Jungle in Memory
Aha,,, Pagi yang cerah ku buka mata dengan hati riang. Pukul sembilan teng ada janji yang harus ditepati, so, jalani aktifitas pagi dengan semangat yang luarbiasa biar janji terlaksana tepat pada waktunya dan hari-hari terakhirku pun akan usai dengan penutup yang menggembirakan, yap, aku berharap begitu.
"Kak, sarapan sudah beres, anak-anak sudah sarapan, yu go picnic lagi ya kak?", dari seberang telefon terdengar jawaban, "Pergilah, hati-hati".
Yihaaa,,,,
Sebenarnya berat juga meninggalkan ponakanku tiga bersaudara tinggal dirumah, si sulung memang sudah berumur sepuluh tahun, tapi nakalnya masih seperti anak-anak 6 tahun seusia adiknya, yang bungsu juga ikut-ikutan bandel. Jika bukan karena ada janji ku nggak bakalan tega ninggalin bocah2 dirumah, ortunya pade sibuk kerja mulu sehingga susah nyari waktu ku untuk pergi main.
Misi selundupanku berhasil, keluar rumah dengan diam-diam tanpa mereka tau kalau aku pergi. Kalau saja mereka tau, maka gagallah janjiku.
Udah lewat dari jam yang sudah direncanakan, telat nggak ya. Musti buru-buru nih ngejar waktu.

Kamis, 03 Desember 2009

cerpen: Aku dan Bank, persembahan baktiku

“Assalamu’alaikum..”
Tak ada jawaban.
“Pak!”
Masih tak ada jawaban. Di tengah hiruk pikuk pengunjung, seseorang yang berseragam serba hitam yang lumayan necis itu tetap melayani para pengunjung yang memerlukan informasi darinya.
“ssstt….” Aku tak dihiraukan yang sedari tadi melambai-lambaikan tangan burusaha memberi isyarat bahwa aku ada di seberang pintu menunggu pintu terbuka. Barangkali karena porsi tubuh yang mungil berdiri dekat pintu persis di belakangnya, dia tidak menyadari kedatanganku.
Berhubung kecilnya tubuh ini, aku tak memiliki tenaga yang cukup untuk membuka pintu kaca yang bertulis dorong/push ini. Bapak yang suka senyum itu pun tak menyadari aku memanggilnya.
Tiba-tiba ada yang membuka pintu, seorang pengunjung yang baru keluar. Aku berhasil menyelinap masuk dan langsung mencolek penjaga pintu yang berlebel Narno Wiyanto terselip di dada kirinya.
“E..e… si adek datang lagi,” Sapanya bersama bibir yang berkembang manis melintang di bawah hidung mancungnya.

Selasa, 07 Juli 2009

Ayu's Birthday


AYU’S BIRTHDAY
Tulisan itu sangat jelas tertera karena ditulis dengan huruf tebal dan dicetak dengan enam belas times new roman.
Sudah hampir setahun ayu seorang gadis manis berdarah minang dan solo selalu mendapat paket dari Indonesia. Hal itu dilakukan oleh seorang ayah yang sangat menyayanginya. Semenjak perpisahan mereka delapan bulan yang lalu, ketika dia menamatkan sekolahnya di bangku aliyah setingkat SLTA dan Ayu dinyatakan lulus beasiswa ke luar negri tepatnya di Timur Tengah Kairo. Ayu berjanji kepada Ayahnya untuk selalu menelfon pulang minimal sekali setahun atau tepat pada ulang tahunnya.
Ayu rela meninggalkan ayah dan keluarga demi sebuah cita-cita menuntut ilmu di negri antah-berantah. Dia berjanji akan menamatkan S1-nya dengan cepat dan membawa segudang ilmu dari Kairo untuk menyiarkan dakwah di kampungnya, Solo, mengubah kebiasaan penduduk solo yang terlalu melenceng dari ajaran Islam sebenarnya, bahkan menyimpang dari al-Quran dan Sunnah. Karna demi keselamatan penduduk di masa depan, Ayah rela melepas Mbak yu sendiri mencari ilmu di negri seberang, meski masih ada rasa berat dalam hati berpisah dengan anak perempuan satu-satunya itu.

Rabu, 09 Juli 2003

cerpenQ


JEJAK PENCARIANKU
Entah kemana lagi kaki ini dilangkahkan, segala daya upaya juga tenaga telah dikerahkan hingga sampai kuberkorban membanting tulang, namun tak jua kutemukan yang dicari itu. Sesuatu yang dapat mengubah warna hidupku, yang memberi pencerahan pada jalan yang kulangkahi, dan memberiku kebenaran dalam segala kesalahanku.
Pernah suatu hari kudatangi seseorang yang konon katanya bisa menerima berbagai curahan hati umat. Maka kusampaikan segala unek-unek menceritakan semuanya agar mendapatkan sesuatu itu. Lalu dia pun memberiku beberapa nasehat beserta petunjuk dan cara bagaimana kubisa mendapatkan yang dicari itu dengan sempurna dan berkesinambungan. Dan aku pun mengikuti dan melakukan apa yang dia berikan.
Maka suatu hari langkah pertama yang kutempuh untuk mendapatkan sesuatu itu dengan mengunjungi sebuah perkumpulan yang terdiri dari beberapa orang yang masing-masing tubuh mereka tertutupi oleh pakaian dari puncak kepala hingga dasar kaki kecuali hanya kulit wajah dan telapak tangan saja yang bisa kulihat. Tak seperti aku yang hanya memakai baju kaus yang menutupi tapi masih terlihat lekuk tubuhku, termasuk juga bawahan berupa rok yang kupakai berasal dari jenis levis. Aku juga memakai kerudung yang sekedar menutupi saja, sangat beda dengan penampilan mereka yang sempurna cara menutupnya. Semua mata menghadapiku seolah-olah menantangku dan berkata: “siapa pula anak ini???!”