Berkecamuk mereka dalam dada, adrenalin mendadak memanas
dan laju aliran darah mengalahi kecapetan rossi melintasi circuit motogp. Saat keinginan tak sesuai dengan kenyataan
dan saat harapan terputus tak menemukan penyambung. Mendadak hati itu melebur jadi beberapa
bagian saat titanic menghantam gundukan es dan pecah terbelah dua dan semua
berserakan, impian harapan dan bayangan itu tak utuh lagi.
Terkadang manusia itu bisa berubah menjadi super lebay,
saat perasaan memenuhi semua pandang mata, saat perasaan melaju memenangkan
persaingan dengan otak dan saat perasaan mendominasi menggebuki akal. Dan semua
melebay, pandangan pada kehidupan terasa lebay dan sensitifitas itu menghalangi
langkah untuk bergabung dengan sesama.
Dan itulah dia yang membuat tulisan ini sedikit melebay
juga. Dan Dia saat ini hanya ingin membongkar kelebaian ini dengan
menuangkannya lewat rangkaian kata-kata yang patah-patah ini.
Taukah kau sobat, hati kecilnya sering berkata, tulisan nama “****” masih tertulis disisinya. Kemana pun dia melangkah, sesibuk apapun Dia berpikir, selama apapun Dia
pernah hidup, nama itu tidak terhapuskan.
Taukah kau sobat, mati-matian Dia menjaga nama itu tetap
utuh tertulis dlm hati kecil ni. Dan banyak hal yang terjadi, rintangan pun
banyak mengujinya mencoba menghapus nama itu, dan hingga sebelum detik ini Dia
masih sanggup menjaga nama itu tertulis utuh seperti semula kala. Tetap utuh,
bersih, terukir permanen disini, dihati kecil ini.
Dia sanggup menjaganya, tanpa tiada pun yang tahu, betapa
dalam ukiran nama itu, sehingga tergores pun takkan mampu merubah atau
menghilangkannya.
Semakin hari semakin dalam ukiran itu, semakin tajam dan
mantap dihati, bahwa apapun kekurangannya, apapun tantangannya, Dia bisa
menghadangi dan Dia bisa mengatasi. Dia merasa Dia kuat dengan kesetiaan yang
ada.
Dan sebelum detik ini pun tiba harapan Dia tetap tinggi, semakin tinggi hingga angin pun semakin
kuat berhembus. Dan tetap saja Dia bisa mengatasinya.
Tapi, apa yang terjadi setelah detik ini berlalu? Dia pun
datang dan menghapus sendiri nama itu. Dia bagaikan seorang masyithah yang
melihat dengan mata sendiri saat anak dan suami diceburkan ke dalam air panas
mendidih diatas api besar. tidak tega dan sampai hati Dia menyaksikan itu sendiri.
Ini kenyataan, dan hayalan itu pupus sudah, impian itu sirna sudah.
Apa Dia bisa terima? Owh tentu saja Dia terima. Dia bukan
perempuan lemah, yang hanya bisa menangisi itu. Sakit iya, sungguh sakit. Apa Dia
mesti mengerangi rasa sakit itu? Oh tidak! Ini adalah perjalanannya
sendiri, Allah telah membimbing Dia menjalani perjalanan ini. Salahkah jalannya? Tentu tidak, justru Allah beri Dia jalan terbaik. Menyerahkah Dia untuk berjalan? Sekali
lagi Tidak! Dia tetap terus berjalan, berdarah-darah sekalipun. Membawa luka
ini huhuuuu lebay ya,, dasar!
Dia memang sakit, dan perih sekali rasanya. Dia memang
kecewa dan sangat kecewa. Impian yang Dia tata dengan indah rupanya tak terselamatkan.
Tidak mudah untuk melupakan tentu perlahan Dia pasti bisa. Belum lagi mengingat
umur yang tidak lagi seumur jagung, malah seumur rambut jagung hampir pirang
karna usia hemmm.. jangan bercanda, kali
ini Dia serius.
Dia tidak akan mengenang kisah lama, dan meratapi apa
yang terjadi. Dia wanita yang kuat. Nama itu setelah detik ini berlalu Resmi Dia
lepaskan, dan ukiran yang tertambat di hati kecil, perlahan akan bisa memudar
dan terkikis seiring berjalannya waktu. Saatnya untuk membuka hati untuk yang
lain.
Dan bila saja dia berpindah posisi, saat Dia berada di posisimu, tentu
saja Dia bisa memahami keadaan yang engkau alami. Kisahmu yang dulu pernah
mengecewakan wanita, tentu engkau tidak mau mengulangi untuk kedua kali apalagi
Dia nanti yang jadi korbannya, Dia yakin engkau tidak setega itu. Dia mengerti
engkaupun berada diposisi yang tidak mudah berada diantara dua pilihan yang
sama-sama mengandung resiko besar. dan Dia bisa terima keputusanmu mengambil
langkah untuk melepaskan peganganku. Ini adalah jalan terbaik. Persimpangan
jalan akan kita lewati, engkau kesana dan Dia ke arah yang lain.
Dan sekarang saatnya untuk sendiri, berjalan sembari
menunggu uluran tangan sesosok ‘pangeran’ yang semestinya mendampingi
perjalanan ini. Siapapun itu Dia kan
menunggu taqdirMu ya Allah…
Allahumma hablana min ladunka zaujan shalihan yursyiduniy
fi sabiilik wa rahmatik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar