“Parintang hati nan
rusuah paubek hati nan ibo. Manantikan samo sungguah samo basaba malah kito”
Aku
yakin kalau aku dan kamu itu sama. Banyak kesamaannya. Kita sama-sama manusia,
hamba Allah yang sama-sama dikasih nikmat yang sama, sama diberi akal biar bisa
berfikir, sama-sama dikasih hati biar bisa merasakan hal yang tersirat maupun
yang tersurat. Dan aku yakin lagi apa yang aku rasakan sama dengan apa yang
kamu rasakan, soalnya masalah hidup itu itu aja, hmm masak sih,,? Gak percaya
kan?
Manusia
bisa berpikir dan merasakan itu sebab karena adanya masalah, betul tak tu? Betul
donk,, yang gak setuju boleh deng unjuk giginya..
Analisanya
begini,, anak sekolah pasti bakal
memakai otaknya berpikir disaat gurunya menuntut dia kudu hafalin pelajaran
yang diajarkan oleh guru tersebut. Anak sekolah nan bandel dia bakal mikir
gimana caranya bisa ngibulin gurunya karena sering datang terlambat ke sekolah,
biar selamat dari hukuman. Seorang anak yang berbakti mikir tu bagaimana
caranya membahagiakan kedua orangtuanya, orang yang butuh duit bakal mikir
gimana caranya nyari duit, orang alim juga mikir gimana caranya ngedapatin
ridho Allah biar selamat hidup dunia akherat, anak gadis atau bujang juga mikir
gimana caranya ngedapatin jodoh yang diidamkan, semua kita mikir gimana caranya
jadi orang yang berilmu, disegani, dipercaya, kaya, alim dll. Pokoke gimana
jadi orang sukses, ya toh?! Pikiran kita sama toh?
Perasaan,
ya sama aja.. yang kita rasakan tu ada senang, sedih, bosan, sayang, benci,
sakit hati, iri, takut, berani, galau, rindu, sangat rindu, rindu lagi, lagi2 rindu
serindu-rindunya. Heemm.... ya toh??
Hanya
saja kasusnya barangkali juga beda-beda tipislah, barangkali hanya beda pelaku, dan tempat
kejadian, juga alurnya doank. Kira-kira begitulah.
Aku
yang juga pernah menjadi pendengar setia para galawers, rata-rata masalah
mereka itu sama loh, termasuk juga sama jika dibandingkan dengan masalah saia. Rata-rata
sama lah.
Jadi
ya, coba deh perhatiin dengan seksama, filem2, sinetron2, novel2, ceritanya
berada disekitar itu-itu aja, yang jadi pembeda tu cuman tokoh, tempat, dan
alur. Contoh kasus ada yang seperti ini,
kisah kasih dua insan yang terhalang jarak jauh, saling suka, memiliki
keinginan yang sama untuk bersatu. Tapi yang satu orangtua menjodohkan dengan
yang lain, sementara yang satu lagi tidak bisa segera kembali pulang karena
kondisi dan masalah yang dihadapi diperantauan, nah bagaimanakah akhir kisah
tersebut, akankah mereka bersatu atau takdir masing2 bakal berbeda?
Atau,
kisah pemuda yang berambisi penuh untuk menuntut ilmu ke negri jauh dari kampung halaman, meninggalkan ayah
bundo sanak saudara dan famili. Banyak hambatan yang dihadapi sendiri,
sementara itu banyak juga masalah yang dihadapi oleh keluarga dikampung sampai2
anggota keluarga yang meninggalpun tidak bisa dijenguk pulang, bagaimana
jadinya nanti kalau dia pulang membawa segudang ilmu yang ia tuntut sementara
keluarga dikampung sudah banyak yang berubah.
Atau,
kisah pemudi yang menginginkan seseorang akan datang menjemput utk membina
rumah dan masa depan. Tetapi banyak yang datang selalu ditolak, batin yang tertekan
dengan omongan kiri kanan, bahkan saudara dan orangttua sendiri pun ikut
menekan, saat tidak seorang yang mengerti perasaannya? Manakah yang bakal ia
turuti, mengikuti kata hati sendiri atau malah menyerah dan nurut dengan
keinginan banyak orang..?
Atau,
kisah seorang pegawai kantor sekaligus guru, banyak tuntutan ini dan itu,
hari2nya sibuk dengan pekerjaan yang waktu luangnya pun termakan untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya, sehingga sedikit waktu bahkan hampir tak ada
waktu untuk mengunjungi orangtua, yang seharusnya dia menemani orangtua di hari
tua mereka. Lalu bagaimanakah cara dia membagi waktunya?
Ya
gitulah contoh kasus, dan saia yakin banyak juga yang mengalami masalah semisal
ini, kegalauan yang dilematis. Wuiwwwhh,,,
Ya
kan???!! Ya toh???!!
05022015,rumahQ
pemuda yg pergi merantau, itu bukan nyindir saya kan? ehmm mengapa judulnya pautan sayang? apakah kita memilih sesuatu karena kita sayang saja. dan meninggalkan sesuatu karena kita kurang sayang
BalasHapusitu kan contoh kasus ja yng sifatnya fiktif, suka2 penulis,, klu terdapat kesamaan itu hanyalah kebetulan semata xiixii,,,
BalasHapussering terjadi gitu pi, kalau gak sayang tapi tetap memilih berarti 'terpaksa' namany lagi tu.. gak da ketulusan dlm keterpaksaan.